Sponsored Links
Loading...
KALIANDA,LAMPUNG - Matahari senja menggelincir menuju peraduannya. Selesai melakukan salat Ashar, Nenek Ponirep (90) telah mempersiapkan pisau yang akan digunakannya mencari daun pisang.
Sebab, besok paginya, ia bakal jual daun pisang ke pasar. Sesudah persiapan usai, ia beranjak ke samping rumahnya yang ada beberapa puluh tanaman pisang.
Lantas ia menyelipkan sabit pada ujung galah bambu yang akan digunakannya memotong dahan daun pisang yang tinggi. Tangan tuanya sangat cekatan memotong dahan daun pisang.
Tak terlalu lama, sebagian daun pisang terkumpul. Dengan pisau, ia memisahkan daun dengan pelepahnya.
Lalu daun pisang dibawanya ke dalam rumah untuk dikebat dan nantinya dibawa ke Pasar Sidomulyo. Kesibukan mencari daun pisang ini jadi kegiatan rutin Ponirep yang tinggal di Dusun Purwodadi, Desa Sidomulyo, Sidomulyo, Lampung Selatan.
Puluhan tahun udah Ponirep melakoni profesi ini. Ia berjualan daun pisang sembari berjualan tempe. Adapun tempe di ambil dari anaknya yang jadi pembuat tempe di Sidomulyo.
Hasil dari puluhan tahun berjualan daun pisang dan tempe itu, sebagian disimpan Ponirep. Simpanan tersebut yang jadi ongkos menunaikan Rukun Islam ke-5 tahun ini.
Anak-anaknya juga tak pernah tahu bila ibunya menabung untuk dapat menunaikan beribadah haji. Mereka baru tahu waktu nenek kelahiran Bantul, Yogyakarta ini akan pergi haji.
" Ibu sudah menabung puluhan tahun. Kita tak pernah tahu. Saya sendiri baru tahu waktu disuruh menemani mendaftar haji tahun 2011 lalu. Itupun ibu memohon tak diberitahukan dulu pada anaknya yang lain, " cerita Sumijo, anak ke-2 Ponirep pada Tribun, Senin (22/8).
Sponsored Links
Loading...
loading...
Blogger Comment
Facebook Comment